KBRN, Banjarmasin: Di tengah dunia yang semakin cepat dan kompetitif, menjadi orang baik sering dianggap sulit atau bahkan tidak menguntungkan. Namun, bagi sebagian orang, berbuat baik bukan sekadar reaksi spontan, melainkan keputusan sadar yang diambil setiap hari.
Ustaz Muhammad Rif’at, M.Ag, dalam acara Tabligh Udara RRI Pro1 Banjarmasin, Selasa (11/11/2024), menyampaikan bahwa dalam kehidupan modern, konsep “menjadi orang baik” sering dipahami secara sempit. Banyak orang hanya menilai kebaikan sebatas berperilaku sopan atau menolong sesama.
Menurut ajaran Islam, menjadi orang baik memiliki makna yang lebih luas dan mendalam. Hal itu mencakup hubungan manusia dengan Allah (habluminallah) maupun dengan sesama manusia (habluminannas).
Ustaz Rif’at menjelaskan bahwa Al-Qur’an menekankan pentingnya keseimbangan antara ibadah dan akhlak. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 177 disebutkan, kebaikan bukan hanya soal menghadap ke arah tertentu dalam salat, tetapi juga beriman kepada Allah, membantu fakir miskin, menepati janji, dan bersabar dalam kesulitan.
Selain itu, kebaikan dalam Islam bersifat universal. Rasulullah saw mengajarkan agar umat Islam berbuat baik kepada siapa pun, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial.
Ustaz Rif’at mengingatkan, menjadi orang baik menurut Islam bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan sepanjang hidup menuju ridha Allah Swt. Kebaikan yang konsisten dilakukan dengan niat tulus dan disertai iman adalah cermin dari pribadi muslim sejati.





